Undri Mursiyam, S.Pd
Guru Sejarah MAN I Banyumas
Pembelajaran sejarah menuntut guru menyampaikan materi sejarah secara tuntas, sementara itu seiring perjalanan dan perubahan jaman, materi pelajaran sejarah semakin luas. Kondisi ini menjadikan guru berkutat pada bagaimana menyampaikan materi pelajaran sebanyak mungkin dan jarang menekankan pada kemampuan berpikir historis. Keluasan materi dan kemampuan berpikir historis merupakan sebuah tantangan bagi guru untuk melakukan berbagai model pembelajaran. Salah satu indikator kemampuan berpikir historis adalah siswa membuat intepretasi pelaku sejarah, mengintepretasi cara yang dilakukan pelaku sejarah pada masa tertentu, siswa mampu mendalami berbagai hal yang sangat terkena dampak dari seorang tokoh, kemampuan mengkaji tentang sebab sebab atau kondisi ekonomi, sosial, budaya politik yang menjadi penyebab tokoh atau pelaku sejarah melakukan suatu aksi atau tindakan. Model pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk mampu melakukan intepretasi seperti ini adalah Role Playing.
Menurur George Shaftel (1967), role playing atau bermain peran merupakan sebuah model pengajaran yang berasal dari dimensi individu maupun sosial, Model ini membantu siswa untuk menemukan makna pribadi dalam dunia sosial mereka dan membantu memecahkan dilema pribadi dengan bantuan kelompok sosial. Model pembelajaran bermain peran di buat berdasarkan asumsi-asumsi, bahwa sangatlah mungkin menciptakan intepretasi peristiwa otentik ke dalam suatu situasi permasalahan kehidupan nyata. Bermain peran dapat memotivasi siswa mengekspresikan perasaannya dan bahkan melepaskan perasaannya. Proses psikologis melibatkan sikap, nilai, dan keyakinan kita serta mengarahkan pada kesadaran melalui keterlibatan spontan yang disertai analisis.
Pada Pembelajaran Sejarah Indonesia kelas XII MAN I Banyumas KD II, materi Dinamika Politik Masa Demokrasi Terpimpin dapat tepat bila menggunakan metode role playing. Pada materi ini siswa belajar untuk membuat intepretasi sikap dan latar belakang Presiden Sukarno dalam mengeluarkan dekrit presiden. Siswa mengintepretasikan dampak dari kebijakan Presiden Sukarno. Siswa dapat mengintepretasikan sebab sebab, atau kondisi ekonomi, sosial, budaya, politis yang menjadikan Presiden Soekarno melakukan kebijakan. Dari intepretasi ini kemudian siswa merekonstruksikan cerita sejarah dan melalui role playing dan mengidentifikasikan diri menjadi menjadi pelaku sejarah.
Tahap tahap yang harus dilakukan oleh guru dalam menerapkan metode role playing di kelas Tahap pertama, menghangatkan situasi kelas, mengidentifikasi dan menafsirkan masalah dalam cerita dan menulusuri isu. Tahap kedua memilih partisipan, menganalisis peran, memilih pemain peran, tahap ketiga mensetting pentas, dan mengatur rangkaian tindakan. Tahap keempat, Menugaskan observasi. Tahap kelima, memerankan dengan memulai permainan peran, mengukuhkan permainan peran dan menghentikan permainan peran. Tahap keenam melakukan diskusi dan mengevaluasi. Tahap ketujuh, memerankan kembali, Tahap kedelapan, mendiskusikan dan mengevaluasi untuk kedua kalinya, Tahap Sembilan, menghubungkan situasi